Dalam
pergerakan Islam, aset utamanya bukan harta, gedung-gedung yang dimiliki,
ataupun pos-pos jabatan strategis yang telah diraihnya. Yang menjadi aset utama
gerakan (rashidul harakah) adalah kader. Satu orang kader tidak dapat
dibandingkan dengan sekian milyar dana, karena menyadarkan seseorang hingga
mendapatkan hidayah adalah pekerjaan amat besar yang tidak bisa ditukar dengan
materi seberapapun.
Rasulullah SAW sendiri telah memberikan kabar betapa besarnya “nilai” hidayah, hingga satu orang saja yang berhasil didakwahi, itu lebih baik dari unta merah. Seperti telah kita ketahui bahwa Unta merah adalah harta yang paling dibanggakan bangsa Arab saat itu,tidak ada yang lebih berharga dari itu (Muhammad ‘Allan, I/336).
Rasulullah SAW sendiri telah memberikan kabar betapa besarnya “nilai” hidayah, hingga satu orang saja yang berhasil didakwahi, itu lebih baik dari unta merah. Seperti telah kita ketahui bahwa Unta merah adalah harta yang paling dibanggakan bangsa Arab saat itu,tidak ada yang lebih berharga dari itu (Muhammad ‘Allan, I/336).
Baginda
Rasulullah SAW juga bersabda (yang artinya), “Siapa saja yang menunjukki orang lain pada
kebaikan, bagi dirinya pahala yang serupa dengan orang yang melakukan kebaikan
itu.” (HR Muslim).
Oleh
sebagian ulama, hadits-hadits ini dijadikan dalil atas keutamaan berdakwah atau
menyampaikan hidayah Islam kepada manusia. Hadits ini juga menunjukkan arti
pentingnya mengamalkan atau menyebarluaskan ilmu. Bahkan ilmu yang diamalkan
atau disebarluaskan merupakan salah satu amalan yang pahalanya akan terus
mengalir kepada pelakunya meski ia telah wafat. Hal ini sebagaimana sabda
Baginda Nabi SAW (yang artinya), “Saat anak Adam meninggal, terputus segala
(pahala) amalnya, kecuali tiga: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak
shalih yang selalu mendoakan dirinya.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Dari Sahl bin Sa’ad, ia
berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda saatperang Khoibar,
« لأُعْطِيَنَّ الرَّايَةَ غَدًا رَجُلاً يُفْتَحُ عَلَى يَدَيْهِ ، يُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ، وَيُحِبُّهُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ » .فَبَاتَ النَّاسُ لَيْلَتَهُمْ أَيُّهُمْ يُعْطَى فَغَدَوْا كُلُّهُمْ يَرْجُوهُ فَقَالَ « أَيْنَ عَلِىٌّ » . فَقِيلَ يَشْتَكِى عَيْنَيْهِ ، فَبَصَقَ فِى عَيْنَيْهِ وَدَعَا لَهُ ، فَبَرَأَ كَأَنْ لَمْ يَكُنْ بِهِ وَجَعٌ ، فَأَعْطَاهُ فَقَالَ أُقَاتِلُهُمْ حَتَّى يَكُونُوا مِثْلَنَا . فَقَالَ « انْفُذْ عَلَى رِسْلِكَ حَتَّى تَنْزِلَ بِسَاحَتِهِمْ ، ثُمَّ ادْعُهُمْ إِلَى الإِسْلاَمِ ، وَأَخْبِرْهُمْ بِمَا يَجِبُ عَلَيْهِمْ ، فَوَاللَّهِ لأَنْ يَهْدِىَ اللَّهُ بِكَ رَجُلاً خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ »
“Sungguh akan diberikan bendera (yang biasa dibawa oleh pemimpin
pasukan, -pen) besok pada orang yang akan didatangkan kemenangan melalui
tangannya di mana ia mencintai Allah dan Rasul-Nya, lalu Allah dan Rasul-Nya
pun mencintai dirinya.” Lalu kemudian
para sahabat bermalam dan mendiskusikan siapakah di antara mereka yang nanti
akan diberi bendera tersebut. Tiba waktu pagi, mereka semua
berharap-harap bisa mendapatkan benderaitu. Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam malah
bertanya, “Di mana ‘Ali?” Ada
yang menjawab bahwa ‘Ali sedang sakit mata. (Lalu ‘Ali dibawa ke hadapan Nabi,
-pen), lantas beliau mengusap kedua matanya dan mendo’akan kebaikan
untuknya. Lantas ia pun sembuh seakan-akan tidak pernah sakit sebelumnya.
Lantas bendera tersebut diberikan kepada ‘Alidan ia berkata, “Aku akan memerangi mereka hingga mereka bisa seperti kita.”
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jalanlah perlahan-lahan ke depan
hinggakalian sampai di tengah-tengah mereka. Kemudian dakwahilah
mereka pada Islam dan kabari mereka tentang perkara-perkara yang
wajib. Demi Allah, sungguh jika Allah memberi hidayah pada seseorang lewat
perantaraanmu, maka itu lebih baik dari unta merah.” (HR. Bukhari no. 3009 dan Muslim no. 2407).
Beberapa faedah dari hadits
di atas:
1- Dalam riwayat lain
disebutkan bahwa ‘Ali bin Abi Tholib tidak mengikuti awal peperangan Khoibar.
2- Keutamaan ‘Ali bin
Abi Tholib karena ia disebut sebagai orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya,
begitu pula Allah dan Rasul-Nya mencintainya. Hadits ini sekaligus sanggahan
bagi kalangan Khawarij yang mendeskreditkan ‘Ali radhiyallahu ‘anhu.
3- Allah memiliki
sifat mahabbah atau cinta.
4- ‘Ali memiliki
kesempurnaan dalam ittiba’ atau mengikuti petunjuk Nabi -shallallahu
‘alaihi wa sallam- sehingga Allah mencintainya.
5- Mencintai ‘Ali
adalah tanda keimanan. Membenci ‘Ali adalah tanda kemunafikan.
6- Allah akan mendatangkan
kemenangan melalui tangan ‘Ali. Ini pun terbukti dan menjadi bukti akan benarnya
kenabian Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
7- Para sahabat
sangat bersemangat melakukan kebaikan. Sebagai tandanya, mereka
selalu berdiskusi dalam hal-hal baik. Hal ini menunjukkan tingginya ilmu
dan iman mereka.
8- Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menanyakan
‘Ali dan ini menandakan selayaknya pemimpin menanyakan mengenai keadaan
rakyatnya yang tidak bisa hadir.
9- Setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap
dan mendo’akan kebaikan pada ‘Ali, maka ia tidak pernah merasakan sakit mata
dan tidak pula merasakan lemahnya penglihatan sama sekali.
10- Wajib beriman kepada
takdir karena orang yang tidak berusaha, malah mendapatkan bendera. Sedangkan
yang telah berharap dari awal malah tidak mendapatkannya.
11- Hadits ini
mengajarkan untuk tawakkal, menyandarkan hati pada Allah dan bukan pada sebab.
Namun yang namanya tawakkal tetap dengan melakukan
usaha. Dan melakukan usaha tidaklah menafikan tawakkal.
12- Adab ketika
berperang yaitu jangan sampai suara yang menggelisahkan itu terdengar.
13- Hadits ini menunjukkan
bahwa dakwah yang pertama dan utama adalah mendakwahkan tauhid dan anti syirik.
14- Yang dimaksud dakwah
kepada syahadat laa ilaha illallah adalah dakwah untuk memurnikan ibadah untuk Allah dan menjauhi
kesyirikan.
15- Berperang atau menyerang
musuh dilakukan setelah sebelumnya didakwahi.
16- Setelah menerima Islam
yaitu tauhid, maka mulai beralih pada ajakan untuk shalat, puasa,zakat dan
haji.
17- Keutamaan dakwah
ilallah.
18- Keutamaan seseorang
yang di mana Allah memberi hidayah pada orang lain melalui
perantaraannya, yaitu ia akan mendapat unta merah. Bahkan
ia mendapatkan lebih dari unta merah yang menjadi harta
berharga bagi orang Arab. Penyebutan unta merah hanyalah
untukpendekatan pemahaman. Namun tetaplah kebahagiaan akhirat lebih
daripada balasan dunia.
19- Boleh bersumpah dalam
fatwa karena dalam hadits ini disebutkan, “Demi
Allah, sungguh jika Allah memberi hidayah pada seseorang lewat
perantaraanmu …”.
Sehingga dapat disimpulkan makna dari hadits tersebut
diatas, diantaranya :
1. Hidayah Allah itu tidak datang sendirinya kepada
hamba-Nya. Meski Hidayah itu pasti datangnya dari Allah, tapi kontribusi kita
dalam menyeru mengajak saudara kita menuju kebaikan dan menjadi jalan hidayah
baginya adalah sebuah hal yang istimewa dihadapan Allah SWT.
2. Hadits diatas juga bermakna pentingnya dakwah.
Saling menyeru kepada kebaikan dan bersama-sama dijalan Allah, serta adanya
generasi-generasi yang akan ikut serta dalam indahnya dakwah. Bagaimanalah jika
generasi dakwah terputus hanya sampai sahabat-sahabat Nabi saja? Mungkin
hidayah tidak akan sampai pada kita sekarang. Begitulah Allah mengatur itu
semua. Kekuatan dakwah ini tentunya berkat campur tangan Allah, dan bahkan
dengan izin-Nya. Maka patutlah kita sebagai generasi penerus dakwah ini,
bersyukur atas kesempatan berada dalam jalan dakwah ini.
3. Kebaikan berdakwah adalah lebih baik dari unta
merah, yang kala itu adalah harta tertinggi nilainya. Kata ‘lebih baik’ itu
adalah janji Allah kepada Nabi dan hamba-hambaNya yang benar-benar melakukan
tugas dakwah.
4. Tentunya pahala dakwah adalah pahala yang terbaik
yang akan diberikan Allah kepada seorang kader dakwah.
5. Hadits ini pun berarti, seorang kader dakwah
seharusnya senantiasa bersemangat, dan aktif dalam menyeru kepada kebaikan,
tidak berhenti dan bermalas-malasan dalam hal berdakwah.
6. Dakwah itu adalah tugas setiap pribadi muslim. Dan
dakwah adalah mengantarkan pada jaringan social yang luas. Dakwah tidak sempit,
tapi dakwah adalah sebuah agenda besar semua muslim di dunia yang saling
menyatukan tujuan dalam mencari keridhaan Allah. Sehingga dakwah tidak dapat
dilakukan sendiri, melainkan harus saling bekerjasma, berjalan beriringan dan
saling mengkokogkan bangunan dakwah satu sama lain, sehingga islam menjadi kokoh
dan kuat.
7. Para kader dakwah adalah asset penting, yang dapat
senantiasa menyebarkan hidayah Allah. Bukankah kita ingin banyak saudara jika
hendak ke syurga kelak? Nabi Adam saja, tak betah di syurga jika hanya
sendirian saja. Dan tentunya kita pun tak ingin jika kita, saudara-saudara kita
termasuk kedalam golongan penghuni neraka menemani syetan terkutuk,
naudzubillah.
Dalam sebuah pergerakan
islam, tentu kader dakwah sangat penting. Bagaimanapun dakwah tanpa kader
bagaikan rumah tak berpenghuni. Tentunya sebagai kader dakwah kita pun harus
senantiasa menyiapkan diri sekuat tenaga demi terwujudnya islam yang kokoh.
Bicara tentang kata “hidayah” adalah sebuah keniscayaan dalam rangka menyeru
kepada kebaikan.
Ungkapan beberapa tokoh umat
untuk menyemangati proses tarbiyah kita
Imam Syafi'i mengingatkan: Siapa yang
tidak belajar (ta'lim) pada masa mudanya maka takbirkanlah empat kali untuk
kematiannya. Demi Allah, yang namanya pemuda adalah yang berilmu dan bertaqwa.
Jika tidak ada keduanya maka jangan anggap dia itu ada.
Dalam risalah Hal Nahnu
Qaumum 'Amaliyun Hasan Al-Banna mengatakan : Sesungguhnya tujuan pertama
gerakan dakwah adalah mentarbiyah jiwa, memperbarui spirit, dan penguatan
akhlak serta menumbuhkan peran pentingnya di tengah-tengah umat. Mereka
meyakini bahwa itu adalah asas pertama yang harus dibangun untuk kebangkitan
umat dan bangsa.
Sedangkan Yusuf Qardhawi mengungkapkan:
Adapun tarbiyah adalah hal terpenting dan utama dalam gerakan dakwah, karena
tarbiyah adalah asas perubahan, dan gelombang kebaikan serta perbaikan. Jika
tida ada maka kehidupan yang islami atau merealisasikan undang-undang Islam
hanyalah menjadi mimpi. Musthofa Masyhur mengatakan:
Pribadi muslim adalah pilar bagi keluarga, masyarakat, dan negaranya. Jika
tarbiyahnya kuat maka kuat pula bangunannya tersebut.
Semoga ungkapan para ulama
tersebut menjadi spirit tersendiri bagi kita untuk mengoptimalkan tarbiyah
setelah menyadari bahwa kita adalah aset utama gerakan (rashidul harakah).
Menjadi jalan dakwah dan bersama-sama menikmati keidahan Hidayah Allah bersama
saudara-saudara semuslim di dunia tentunya sebuah kebahagian terbesar bagi kita
semua.
Semoga kita senantiasa
semangat dan istiqomah dalam jalan dakwah ini. Semoga Allah senantiasa
membimbing kita semua , Aamiin. Insya Allah ^_^
Terima kasih sudah berkunjung :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar