“Yang sempurna dari kaum lelaki sangatlah banyak, tetapi yang sempurna dari kaum wanita hanyalah Maryam binti Imran, Asiyah binti muzahim, Khadijah binti khuwailid dan Fatimah binti Muhammad. Sedangkan keutamaan Aisyah atas seluruh wanita adalah seperti keutamaan tsarid (roti yang diremukkan dan direndam dalam kuah) atas segala makanan yang ada.” (HR Bukhari)
“Cukuplah wanita-wanita ini sebagai panutan kalian. Yaitu Maryam binti Imran, Khadijah binti khuwailid, Fatimah binti Muhammad dan Asiyah binti muzahim, istri fir’aun.” (HR Ahmad dan Tirmidzi)
“Sebaik-baik
wanita penduduk surga adalah Khadijah binti khuwailid, Fatimah binti Muhammad
dan Asiyah istri fir’aun.” (HR Ahmad)
Tetapi, nama-nama tersebut
hanya akan menjadi nama saja, jika kita tidak mengetahui kisah hidup, bara api
semangat perjuangan serta pancaran cahaya keimanan yang bersemburat indah dari
mereka.
Sudah sewajarnya, kita sebagai
umat Islam, tahu tentang kisah mereka, para wanita terbaik dunia dan akhirat,
terutama kaum hawa. Bacalah biografi mereka dan dapatkan hikmah terbaik dari
mereka. Apa yang akan disampaikan di sini hanya sebagian kecil saja. Namun,
mudah-mudahan memberikan hikmah bagi kita semua.
Asiyah Binti Muzahim
Sebuah keniscayaan, bagi mereka
yang Allah muliakan di dunia dan akhirat untuk mengalami ujian yang berat untuk
menentukan kadar kualitas mereka. Tentulah kita sudah familiar akan siksaan
dahsyat yang dialami Asiyah binti Muzahim, sampai ia harus meregang nyawa di
bawah salib dan terik panas matahari, setelah sebelumnya disiksa dengan siksaan
yang berat. Sampai-sampai Allah membocorkan sedikit rahasia-Nya dengan
menampakkan istana surga pada Asiyah. Benar-benar sebuah pembelajaran iman bagi
kita. Inilah konsekuensi terberat dari makna keimanan.
“Dan Allah
membuat istri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia
berkata: “Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mudalam firdaus,
dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari
kaum yang zhalim.” (QS. Attahrim:
11)
Dari Asiyah pula kita belajar
akan fitrah indah dari seorang wanita, ketika Allah menganugerahkan kasih
sayang kepadanya saat Musa kecil dihanyutkan d sungai Nil. Refleks saja baginya
untuk meminta kepada firaun untuk mengasuh Musa kecil. Dan Fir’aun pun, seperti
kebanyakan laki-laki lainnya, kadang tak kuasa jika berhadapan dengan keinginan
wanita. Fitrah yang sering kita lihat, dari ibu kita, kakak atau adik perempuan
kita, serta kaum wanita lainnya, mudah sekali bagi mereka untuk menampakkan
kasih sayangnya, terutama pada anak kecil. Lihat betapa luwesnya mereka.
Bandingkan dengan kaum ayah yang untuk menggendong saja banyak yang kaku.
“Dan berkatalah
istri Fir’aun: “(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah
kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia
menjadi anak”, sedang mereka tiada menyadari.: (QS. Al-qoshos: 9)
Dari Asiyah pula kita belajar
tentang arti kesabaran. Kita bisa membayangkan jika mempunyai pasangan seperti
fir’aun dengan sifatnya yang congkak, bahkan mengaku sebagai Tuhan. Pastinya
harus luar biasa sabar menghadapi orang seperti ini.
“Sesungguhnya
Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya
berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak
laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya
Fir’aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-qoshos: 4)
Asiyah juga menggambarkan
dengan jelas, jika keimanan sudah terpatri kuat dalam hati, lingkungan yang
luar biasa penuh dengan nuansa kemusyrikan dan kekufuran tidak menggoyahkan
keimanannya sedikit pun. Apalagi mereka yang mendapati dalam hidupnya nuansa
penuh dengan keimanan, harus benar-benar bersyukur.
Dan mungkin, inilah bagian yang
sedikit sulit untuk saya kemukakan, seperti yang telah saya sebutkan, Asiyah
lebih memilih kematian daripada menggadaikan keimanannya. Bayangkan,
pengorbanan yang telah ia lakukan, semua fasilitas terbaik sebagai seorang
permaisuri, semua materi yang ada dan semua kenikmatan dunia terbaik yang telah
menyatu dalam kehidupannya. Semuanya dia korbankan. Entah bisa kita bandingkan
dengan wanita zaman sekarang atau tidak, katanya realistis padahal aslinya
materialistis, menuntut berlebihan pada ayah atau suaminya. Kita
benar-benar banyak mendapatkan
hikmah dan pembelajaran dari
kehidupanmu, wahai permaisuri Mesir yang dirahmati Allah.
Maryam Binti Imran
Dan inilah wanita kedua,
seorang wanita yang namanya paling masyhur di dunia dan akhirat. Jika kita coba
hitung, lebih dari 3/5 penduduk dunia saat ini, umat Islam dan nasrani, tahu
namanya. Namanya begitu harum, sampai-sampai menjadi nama seorang wanita yang
paling banyak disebut dalam Al-Qur’an, bersanding dengan nama ayahnya yang mulia
pula. Dialah Maryam binti Imran, namanya terabadikan dalam Al-Qur’an surat
ke-19, sedangkan nama ayahnya pada surat ke-3. Sebuah penghargaan yang luar
biasa yang Allah berikan.
“Dan (ingatlah)
ketika Malaikat (Jibril) berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih
kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang
semasa dengan kamu).” (QS. Al-Imran:
42)
Hikmah pertama yang bisa kita
ambil adalah bagaimana ‘gen’ orang tua berpengaruh langsung kepada anaknya.
Imran dan Hanna sebagai orang tua dari Maryam adalah orang yang terkenal akan
kesalehan dan track record kebaikannya. Wajar jika kemudian Maryam menjadi
sosok yang banyak diinginkan oleh kaumnya ketika ia dilahirkan. Bukankah hak
pertama seorang anak adalah dilahirkan dari seorang wanita yang shalih??
“Hai saudara
perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu
sekali-kali bukanlah seorang pezina”.” (QS. Maryam: 28)
Kedua, lingkungan tumbuh
kembang seorang Maryam kecil sangat kondusif. Kita semua tahu, Maryam akhirnya
diasuh oleh nabi Zakariya setelah masyarakat luas berlomba untuk mengasuhnya.
Maryam kemudian ditempatkan khusus di mihrab Baitul Maqdis. Sebuah lingkungan
yang begitu bagus dan istimewa (di asuh oleh nabi) untuk menjadikannya seorang
wanita yang super shalihah dan super dekat dengan Allah. Bahkan, disebutkan
bahwa Maryam adalah sosok wanita yang tidak pernah meninggalkan qiyamulail dan
memiliki waktu puasa yang khusus, yaitu 2 hari berpuasa dan 1 hari
berbuka.
“Hai Maryam,
taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukuklah bersama orang-orang yang ruku.” (QS. Al-Imran: 43)
Dalam buku 4 wanita terbaik
dunia dan akhirat karya Ali Awudh Uwaidhoh disebutkan bahwa Maryam mengandung
Nabi Isa AS pada usia 13 tahun. Ini menandakan kedewasaan yang terbentuk pada
jiwa dan diri Maryam, sehingga Allah kemudian mengujinya dengan kehamilan tanpa
ayah dan menjadikannya seorang ibu bagi nabi yang mulia.
“Dan (ingatlah)
Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam
rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya
dan Kitab-KitabNya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat.” (QS. At-Tahrim: 12)
Tibalah bagi Maryam dan anaknya
untuk hijrah ke negeri Mesir dikarenakan keamanan yang memburuk di negeri para
nabi, 12 tahun lamanya dia menetap di Mesir, perjuangan membesarkan nabi Isa AS
dilakukannya dengan penuh kesabaran, jangan dikira Maryam hanya
santai-santai saja di sana, perjuangannya untuk memberikan makan anaknya
dilakukan sendiri dengan menjadi buruh tani gandum, sekali lagi, semua ini
dilakukan oleh seorang Maryam, wanita terbaik dunia akhirat. Coba kita
bayangkan perjuangannya, perjalanan jauh dari Palestina ke Mesir, panas terik
di ladang sambil membesarkan nabi Isa as. Dan, kita tahu bersama hasil didikan
Maryam, seorang nabi yang terkenal karena kesantunan dan kasih sayangnya.
Sampai akhir hayatnya, Maryam selalu setia mendampingi putranya dalam
menyebarkan agama tauhid di masyarakat. Benar-benar menjadi teladan sejati
wanita seantero dunia.
Khadijah Binti Khuwailid
Inilah sosok wanita yang tak
kalah supernya, beliau merupakan istri al amin, Muhammad. Butuh keberanian
yang tinggi untuk ‘nembak duluan’ bagi seorang wanita, Khadijah yang memang
melihat keistimewaan dan budi pekerti yang luhur dari Muhammad, tentu tidak
ingin kehilangan kesempatan untuk bersanding dengan sosok seperti Muhammad. Dan
tentu saja, apa yang dilakukannya membutuhkan mental baja, terlebih dengan backgroundnya
sebagai janda. Tapi apakah perbuatannya itu membuat dirinya menjadi hina? Tidak
sama sekali.
Gambaran sosok Khadijah
sebenarnya cukup simpel, Khadijah adalah teladan sejati para istri dalam rangka
ketaatannya pada suami. Khadijah adalah wanita pertama yang mengakui kenabian
suaminya, karena memang dia yang paling paham karakter dan sifat dari suaminya.
“Demi Allah,
sesungguhnya Allah selamanya tidak akan pernah menghinakanmu. Demi Allah
sungguh engkau telah menyambung tali silaturahim, jujur dalam berkata, membantu
orang yang tidak bisa mandiri, engkau menolong orang miskin, memuliakan
(menjamu) tamu, dan menolong orang-orang yang terkena musibah” (HR Al-Bukhari I/4 no 3 dan Muslim I/139 no 160)
Dan kita semua tahu bagaimana
support terbaik diberikan Khadijah kepada baginda rasul, dengan konsekuensi
yang tidak murah dan mudah. Hampir semua harta yang ia dan Nabi Muhammad
miliki, digunakan untuk pergerakan dakwah Islam. Ia rela membersamai Rasulullah
selama 3 tahun dalam embargo ekonomi dan sosial yang dilakukan kaum kafir
Quraisy, coba sejenak kita bayangkan kondisi embargo yang membuat Bani Hasyim
harus makan rumput kasar padang pasir. Dan Ia, tetap setia, sekali lagi, ia
tetap setia kawan.
“Dia (Khadijah)
beriman kepadaku di saat orang-orang mengingkari. Ia membenarkanku di saat
orang mendustakan. Dan ia membantuku dengan hartanya ketika orang-orang tiada
mau”. (HR. Ahmad)
Wajar jika baginda rasul
sendiri tidak bisa menduakan Khadijah selama ia hidup, padahal Rasul mampu
melakukan itu. Bahkan setelah Khadijah wafat pun butuh waktu lebih dari 1 tahun
bagi baginda rasul sampai kemudian menikah lagi. Memang ada seorang laki-laki
yang mampu menyakiti hati dan melupakan sosok seperti Khadijah? Penulis rasa
tidak ada.
Aisyah
radhiyallahu ‘anhu berkata: “Belum pernah aku cemburu kepada istri-istri nabi
lainnya kecuali kepada Khadijah, padahal aku belum pernah bertemu
dengannya.” Ia melanjutkan setiap kali Rasulullah menyembelih seekor
kambing beliau berkata ”Kirimlah daging ini kepada teman-teman Khadijah!” Pada
suatu hari aku membuat beliau marah. Aku berkata:”Khadijah?”
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata:”Sesungguhnya aku telah dianugerahi rasa cinta kepadanya.” (HR. Muslim)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berkata:”Sesungguhnya aku telah dianugerahi rasa cinta kepadanya.” (HR. Muslim)
Jangan tanya tentang
kemandirian yang ada pada diri Khadijah. Dialah salah satu saudagar Mekah yang
sukses, sebuah pelajaran penting bagi kaum hawa untuk menjadi pribadi yang
mandiri dan profesional. Rumah tangga yang di bangun bersama Muhammad pun
termasuk rumah tangga yang santun dan dewasa karena dalam keberjalanannya tidak
pernah sekalipun mereka beradu kata-kata kasar, apalagi hujatan. Bahkan
Khadijah tidak pernah ‘manyun’ di hadapan Muhammad, pun setelah ia diangkat
menjadi Rasul. Khadijah benar-benar menjadi teladan sejati para istri.
Dan setiap apa
yang dilakukannya mendapatkan balasan terbaik dari Rabbnya. Bersabda
Rasulullah saw: “Wahai Khadijah, ini malaikat Jibril telah datang dan
menyuruhku untuk menyampaikan salam dari Allah kepada-mu dan memberikan kabar
gembira kepadamu dengan rumah yang terbuat dari kayu, tidak ada keributan dan
rasa capai di dalamnya.” (HR
Bukhari dan Muslim)
Fatimah Binti Muhammad
Dan inilah yang terakhir. Ia
merupakan cahaya mata baginda rasul. Jika ingin tahu sifat, karakter, cara
bicara bahkan cara berjalan rasul versi perempuan, maka ialah yang paling mirip
dengannya. Ia adalah Fatimah binti Muhammad.
“Saya tidak
melihat seorang pun yang cara berjalan, tingkah laku, pembicaraan, dan saat
berdiri juga duduknya yang sangat mirip dengan Rasulullah selain Fatimah.” (HR Tirmidzi)
Dari ketiga nama sebelumnya,
mungkin Fatimah adalah contoh terbaik bagi wanita yang menginjak masa dewasa.
Fatimah kecil adalah saksi pembangkangan kafir Quraisy terhadap apa yang dibawa
oleh ayahnya. Ialah yang kemudian membersihkan pakaian rasul, saat kotoran ditimpakan
padanya. Ia pula yang kemudian dengan lantang berorasi di depan kaum kafir yang
menyakiti baginda rasul. Sungguh wanita yang sangat pemberani. Setidaknya
‘kecerewetan’ seorang wanita di tempatkan proporsional olehnya.
Fatimah juga mendapatkan tempa
ujian yang dahsyat. Dari kecil, dia membersamai orang tuanya dalam embargo,
membuatnya kehilangan masa kecil yang seharusnya nyaman dan mengasyikkan. Saat
usianya belasan, ia harus rela untuk ditinggalkan sang ibu dan
saudari-saudarinya yang lain satu per satu. Bayangkan betapa beratnya ditinggal
ibu dan saudari-saudari tercinta dalam kurun waktu yang tidak telalu lama.
Namun, bukan Fatimah namanya jika tidak tegar menghadapi ujian. Bahkan kemudian
ia yang mengurusi setiap kebutuhan dari ayahandanya. Benar-benar contoh bakti
yang luar biasa, itulah sebabnya ia terkenal dengan sebutan Ummu Abiha (anak
yang menjadi seperti ibu bagi ayahnya).
Dan tentu saja, tak lengkap
jika membicarakan Fatimah, namun tidak membicarakan kisahnya bersama suaminya,
Ali bin abi Thalib. Kisah cinta mereka berdua memang menjadi teladan bagi
muda-mudi dalam mengontrol setiap apa yang berkecamuk dalam hatinya. Rasa yang
ada di hati Fatimah, tersimpan sangat rapi. Kata cinta, terucapkan hanya ketika
ia yang telah mengusik hatinya, Ali bin Abi Thalib, telah menjadi penyempurna
separuh agamanya. Hal yang sangat langka untuk kurun waktu sekarang.
Dari kehidupan Fatimah, kita
juga mungkin banyak belajar tentang makna kesederhanaan dan penerimaan. Kita
tentu paham dengan kehidupan keluarganya yang pas-pasan, menuntutnya untuk
lebih banyak berkorban dan bekerja dengan tangannya sendiri. Kehidupan
awal-awal rumah tangga untuk pasangan muda. Padahal dia adalah putri kesayangan
Rasul, manusia termulia. Coba sedikit kita renungkan nasihat nabi sekaligus
ayah kepada putri kesayangannya ini.
“Kalau Allah
menghendaki wahai Fatimah, tentu lumpang itu akan menggilingkan gandum untukmu.
Akan tetapi Allah menghendaki agar ditulis beberapa kebaikan untukmu,
menghapuskan keburukan-keburukan serta hendak mengangkat derajatmu
Wahai Fatimah, barangsiapa perempuan yang menumbukkan (gandum) untuk suami dan anak-anaknya, pasti Allah akan menuliskan untuknya setiap satu biji, satu kebaikan serta menghapuskan darinya setiap satu biji satu keburukan. Dan bahkan Allah akan mengangkat derajatnya.
Wahai Fatimah, barangsiapa perempuan yang menumbukkan (gandum) untuk suami dan anak-anaknya, pasti Allah akan menuliskan untuknya setiap satu biji, satu kebaikan serta menghapuskan darinya setiap satu biji satu keburukan. Dan bahkan Allah akan mengangkat derajatnya.
Wahai Fatimah,
barang siapa perempuan berkeringat manakala menumbuk (gandum) untuk suaminya.
Tentu Allah akan menjadikan antara dia dan neraka tujuh khonadiq (lubang yang
panjang).
Wahai Fatimah,
manakala seorang perempuan mau meminyaki kemudian menyisir anak-anaknya serta
memandikan mereka, maka Allah akan menuliskan pahala untuknya dari memberi
makan seribu orang lapar dan memberi pakaian seribu orang yang telanjang.
Wahai Fatimah,
bilamana seorang perempuan menghalangi (tidak mau membantu) hajat tetangganya,
maka Allah akan menghalanginya minum dari telaga “Kautsar” kelak di hari
Kiamat.
Wahai Fatimah,
lebih utama dari itu adalah kerelaan suami terhadap istrinya. Kalau saja
suamimu tidak rela terhadap engkau, maka aku tidak mau berdo’a untukmu. Apakah
engkau belum mengerti wahai Fatimah, sesungguhnya kerelaan suami adalah
perlambang kerelaan Allah sedang kemarahannya pertanda kemurkaan-Nya.
Wahai Fatimah,
manakala seorang perempuan mengandung janin dalam perutnya, maka sesungguhnya
malaikat-malaikat telah memohonkan ampun untuknya, dan Allah menuliskan
untuknya setiap hari seribu kebaikan serta menghapuskan darinya seribu
keburukan. Manakala dia menyambutnya dengan senyum, maka Allah akan menuliskan
untuknya pahala para pejuang. Dan ketika dia telah melahirkan kandungannya,
maka berarti dia ke luar dari dosanya bagaikan di hari dia lahir dari perut
ibunya.
Wahai Fatimah,
manakala seorang perempuan berbakti kepada suaminya dengan niat yang tulus
murni, maka dia telah keluar dari dosa-dosanya bagaikan di hari ketika dia
lahir dari perut ibunya, tidak akan keluar dari dunia dengan membawa dosa,
serta dia dapati kuburnya sebagai taman di antara taman-taman surga. Bahkan dia
hendak diberi pahala seribu orang haji dan seribu orang umrah dan seribu
malaikat memohonkan ampun untuknya sampai hari kiamat. Dan barangsiapa orang
perempuan berbakti kepada suaminya sehari semalam dengan hati lega dan penuh
ikhlas serta niat lurus, pasti Allah akan mengampuni dosa-dosanya serta
memakaikan kepadanya pakaian hijau (dari surga) kelak di hari Kiamat, serta
menuliskan untuknya setiap sehelai rambut pada badannya seribu kebaikan, dan
Allah akan memberinya (pahala) seratus haji dan umrah.
Wahai Fatimah,
manakala seorang perempuan bermuka manis di depan suaminya, tentu Allah akan
memandanginya dengan pandangan ‘rahmat’.
Wahai Fatimah,
bilamana seorang perempuan menyelimuti suaminya dengan hati yang lega, maka ada
Pemanggil dari langit memanggilnya “mohonlah agar diterima amalmu. Sesungguhnya
Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu maupun yang belum lewat”.
Wahai Fatimah,
setiap perempuan yang mau meminyaki rambut dan jenggot suaminya, mencukur kumis
dan memotongi kukunya, maka Allah akan meminuminya dari ‘rahiqil makhtum dan
sungai surga, memudahkannya ketika mengalami sakaratil maut, juga dia hendak
mendapati kuburnya bagaikan taman dari pertamanan surga, serta Allah menulisnya
bebas dari neraka serta lulus melewati shirat”
Namun, kita tentu bisa lihat,
hasil dari apa yang ia lakukan, dari setiap ujian dan dari setiap pengorbanan
yang dilakukannya. Allah mengangkat derajatnya dunia akhirat dan melahirkan
dari rahimnya anak-anak yang menjadi penerus keturunan Rasulullah. Walaupun,
hidupnya tidak lebih dari 30 tahun, namun inspirasi yang diberikan Fatimah
sewajarnya terus hidup bagi wanita-wanita mukmin setelahnya. Termasuk generasi
kita sekarang.
Demikian saudara-saudariku
sedikit kisah wanita terbaik dunia akhirat. Dari kisah di atas, kita bisa
mengambil banyak sekali persamaan yang ada pada mereka. Ujian yang mereka dapat
tentu saja bukan ujian yang remeh remeh, tapi sebanding dengan julukan yang
kemudian ada pada mereka, wanita terbaik dunia dan akhirat. Jadi, jangan
khawatir bagi mereka yang mendapatkan ujian yang berat, barangkali Allah tengah
mengupgrade diri kita, sehingga menjadi pribadi yang lebih berharga di
sisi-Nya.
Mereka juga terkenal dengan
wanita mutakamil atau wanita yang sempurna. Baik dari sisi lahiriah maupun
ruhiyah. Mereka terkenal dengan sebutan jamilatul jamil (cantik dari yang tercantik),
itu dari sisi lahir sedangkan dari sisi ruhiyah, mereka terkenal dengan sebutan
albatul atau atthohiroh yang berarti suci.
Dari keempat nama tersebut,
kita juga bisa melihat karakter atau sifat luar biasa yang seharusnya melekat
pada seorang ibu. Asiyah dengan Musa, walau ia hanya anak angkatnya. Maryam
dengan Isa. Khadijah dengan anak-anaknya yang cukup banyak, serta Fatimah
dengan para pemuda penghulu surganya. Kasih sayang mereka, didikan dan teladan
mereka pada anak-anaknya, itulah kunci keberhasilan pengasuhan mereka. Ibu
memang sosok luar biasa, kita pasti sepakat dengan kalimat ini.
Dari kisah mereka, kaum wanita
seharusnya bisa mengambil pelajaran, bahwa dalam Islam tidak membatasi potensi
kebaikan dan kebermanfaatan yang mungkin dilakukan oleh seorang wanita. Apakah
itu menjadi engineer, dokter, farmasist, scientist, guru, ahli gizi,
plantologist, polwan, entrepreneur, penulis dan profesi lainnya. Namun, tentu
saja, tidak boleh melupakan potensi kebaikan dan kebermanfaatan terbesar
yang Allah berikan kepada kaum wanita, yaitu menjadi istri dan menjadi ibu.
Istri yang taat kepada suaminya dan Ibu yang mengandung, melahirkan dan
mendidik anaknya dengan didikan rabbani. Suatu hal yang seharusnya diingat oleh
mereka yang ramai meneriakkan kesetaraan gender yang ternyata jauh dari
nilai-nilai Islam.
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/04/15/19504/teladan-wanita-sepanjang-masa/#ixzz3HBN9A9wm
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
Tidak ada komentar:
Posting Komentar